SAINS PADA
ZAMAN PRA YUNANI KUNO
A. SAINS
1. Haikat Sains
Apa itu Ilmu
Pengetahuan? Dengan mengatakan Ilmu Pengetahuan adalah kajian mengenai dunia
alam eksternal. Definisi lain ialah bahwa Ilmu Pengetahuan merupakan kajian
tentang penilaian-penilaian yang dapat dapat melahirkan
kesepakatan-kesepakatan universal. Bahwa ada hal-hal yang disepakati
secara universal yang menyebabkan lahirnya kepercayaan kita akan
dunia eksternal, kiranya sudah merupakan suatu kenyataan. Demikian pula ada
penilaian-penilaian yang disepakati secara universal dan dianut demi
memberi infromasi mengenai dunia tersebut.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang
mempelajari tentang pengungkapan manusia dan gejala alam, meliputi asal mula
alam semesta dengan segala isinya termasuk proses, mekanisme, sifat benda
maupun peristiwa yang terjadi. Ilmu ini terus berkembang sejalan dengan sifat
manusia yang selalu ingin tahu, terutama tentang benda yang ada sekelilingnya.
Karena kemampuan berpikir pada manusia yang menyebabkan terus berkembangnya
rasa ingin tahu tentang segala yang ada di alam semesta. Pengetahuan yang
diperoleh dari alam semesta ini merupakan dasar dari perkembangan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Kata sains
berasal dari bahasa Latin “scientia” yang bermakna
pengetahuan.
Menurut New Collegiate Dictionary Webster, sains adalah “pengetahuan yang diperoleh melalui studi atau praktek,” atau “pengetahuan yang meliputi kebenaran umum pengoperasian hukum umum, diperoleh dan diuji melalui metode ilmiah [dan] perduli pada bentuk fisik dunia. Dalam bahasa Arab, kata science diterjemahkan sebagai “ilmu.” Kata ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu,’ ilman dengan wazan fai’ila, yaf’alu, fa’lan, yang berarti mengerti, memahami benar-benar.
Menurut New Collegiate Dictionary Webster, sains adalah “pengetahuan yang diperoleh melalui studi atau praktek,” atau “pengetahuan yang meliputi kebenaran umum pengoperasian hukum umum, diperoleh dan diuji melalui metode ilmiah [dan] perduli pada bentuk fisik dunia. Dalam bahasa Arab, kata science diterjemahkan sebagai “ilmu.” Kata ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu,’ ilman dengan wazan fai’ila, yaf’alu, fa’lan, yang berarti mengerti, memahami benar-benar.
Carin (1993)
mendefinisikan Sains sebagai “Suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis, yang dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala
alam.” Sedangkan menurut Nokes (Nur, 2000) di dalam bukunya yang berjudul Science in
Education menyatakan bahwa “Sains merupakan pengetahuan teoritis yang
diperoleh dengan metode khusus.” Memang benar bahwa sains merupakan suatu ilmu
teoritis, namun teori tersebut didasarkan atas pengamatan, percobaan-percobaan
terhadap gejala-gejala alam. Bagaimanapun suatu teori dirumuskan, tidaklah
dapat dipertahankan jika tidak sesuai dengan hasil-hasil pengamatan atau
observasi. Fakta-fakta tentang gejala alam diselidiki dan diuji
berulang-berulang melalui percobaan-percobaan (eksperimen), kemudian
berdasarkan hasil eksperimen itulah dirumuskan keterangan ilmiahnya (teorinya).
Di samping suatu teori dapat berfungsi untuk menjelaskan gejala-gejala yang
terjadi di alam ini, teori juga berfungsi untuk membuat ramalan-ramalan yang
terjadi.
Sund (1975)
mendefinisikan sains sebagai berikut:
a.
Sikap ilmiah: kepercayaan atau keyakinan,
nilai-nilai, gagasan atau pendapat, obyekif, dan sebagainya. Misalnya: membuat
suatu keputusan setelah memperoleh cukup data, yang berkaitan dengan
permasalahan serta selalu berusaha obyektif dan jujur selama
mengumpulkan data.
b.
Metode ilmiah: cara-cara khusus dalam
menyelidiki atau memecahkan suatu permasalahan. Misalnya membuat hipotesis,
merancang dan melaksanakan eksperimen, mengumpulkan dan menyusun data,
mengevaluasi data, mengukur, dan sebagainya.
c.
Produk ilmiah: fakta, prinsip, teori, hukum, dan
sebagainya. Misalnya: logam bila dipanasi akan memuai
Berdasasarkan beberapa definisi tentang Sains di atas
sebenarnya dapat kita amati adanya kesepakatan dari tiap –tiap definisi, yaitu
bahwa pada dasarnya sains merupakan produk dan proses yang tak terpisahkan.
Produk dapat berupa pengetahuan atau mencari penjelasan tentang gejala-gejala
alam. Dengan demikian sebagai proses pada dasarnya merupakan langkah-langkah
yang biasa ditempuh oleh para ilmuwan (sainstis) untuk melakukan
penyelidikan dalam rangka memburu penjelasan tentang gejala-gejala alam.
Berbagai cara dilakukan manusia untuk memperoleh
pengetahuan, baik melalui pendekatan non ilmiah dan pendekatan ilmiah. Cara
untuk memperoleh ilmu secara demikian ini dikenal dengan nama metode ilmiah.
Metode ilmiah pada dasarnya merupakan suatu cara yang logis untuk memecahkan
suatu masalah tertentu.
Dengan
demikian, pada hakekatnya sains terdiri atas tiga komponen, yaitu:
1.
Sikap Ilmiah
Sains
mempelajari gejala-gejala alam melalui observasi eksperimentasi dan analisis
yang rasional. Sainstis menggunakan sikap-sikap tertentu (scientific
attitudes). Sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang Saints,
antara lain hasrat ingin tahu, kerendahan hati, jujur, obyektif, kemauan untuk
mempertimbangkan data baru, pendekatan positif terhadap kegagalan,
determinasi, sikap keterbukaan, ketelitian dan sebagainya.
2.
Proses ilmiah
Proses
ilmiah adalah langkah-langkah yang harus ditempuh oleh para ilmuwan untuk
memperoleh pengetahuan atau mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam.
Beberapa proses ilmiah tersebut antara lain melakukan pengamatan dan percobaan.
3.
Produk ilmiah
Produk dan
sasaran sains adalah konsep, prinsip, dan teori ilmiah. Dasar untuk pembentukan
produk sains berasal dari data hasil observasi dan yang dapat ditiru.
a). Konsep
adalah suatu ide atau gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman-pengalaman
tertentu dan relevan. Misalnya, konsep tentang magnet, listrik, sel, cahaya,
dan sebagainya.
b). Prinsip
adalah generalisasi yang meliputi kaitan antar konsep-konsep. Misalnya, logam
bila dipanasi akan memuai.
c). Teori
adalah suatu generalisasi prinsip-prinsip ilmiah yang berkaitan, dan yang
menjelasakan gejala-gejala ilmiah. Misalnya, bila orang tidak mempunyai teori
tentang gravitasi, ia tidak akan dapat pergi ke bulan. Hal ini demikian, karena
tidak akan mungkin untuk menentukan berapa banyak bahan bakar yang harus
diperlukan untuk mengimbangi perubahan-perubahan gravitasi antara bumi dan
bulan pada waktu roket meneruskan perjalanannya.
2. Pengertian Sains
Pada
dasarnya, dapatlah dikatakan bahwa sains adalah suatu pengetahuan teoritis yang
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu melakukan
pengamatan, percobaan, penyimpulan, penyusunan teori percobaan, dan demikian
seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan yang lain. Jadi sains
tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang
harus dihafal, namun Sains juga merupakan kegiatan atau proses aktif
menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat
diterangkan.
Sains adalah suatu alat, suatu cara khusus untuk
menginvestigasi suatu pertanyaan. Pembuktian ilmiah selalu diawali dengan
pertanyaan, kemudian diikuti dengan pengumpulan informasi sebanyak mungkin
untuk membangun sebuah hipotesis, atau setidaknya dugaan atau prediksi yang
memiliki dasar informasi ilmiah. Langkah berikutnya adalah melakukan ekperimen
untuk menguji hipotesis tersebut. Semua yang dilakukan dan diperoleh,
menyenangkan atau tidak menyenangkan, tentu harus terdokumentasi dengan baik,
kemudian dilaporkan sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh orang lain.
Pada ahirnya, sang ilmuwan harus membuat kesimpulan berdasarkan fakta yang
diperoleh, apakah hipotesisnya diterima atau ditolak. Ilmuwan juga harus
terbuka untuk berbagi dengan ilmuwan lain tentang eksperimen dan temuannya.
Para lmuwan dapat saling belajar dan sering memanfaatkan temuan ilmuwan lain
untuk memandu pertanyaan penelitian selanjutnya
Pengetahuan yang dikumpulkan pada zaman kuno berasal
dari kemampuan mengamati dan membeda-bedakan, serta dari hasil percobaan yang
sifatnya spekulatif atau trial and error. Semua pengetahuan yang
diperoleh diterima sebagaimana adanya, belum ada usaha untuk mencari asal-usul
dan sebab akibat dari segala sesuatu. Pada saat manusia mulai memiliki
kemampuan menulis membaca dan berhitung maka pengetahuan yang terkumpul dicatat
secara tertib dan berlangsung terus menerus. Misalnya dari pengamatan dan
pencatatan peredaran matahari, ahli astronomi Babilonia menetapkan pembagian
waktu, tahun dibagi dalam 12 bulan, minggu dibagi dalam 7 hari dan hari dalam
24 jam. Selanjutnya jam dibagi dalam 60 menit dan menit dalam 60 detik.
Kemudian satuan enam puluh ini juga digunakan untuk pengukuran sudut, 60 detik
sama dengan 1 menit, 60 menit sama dengan 1 derajad dan satu lingkaran penuh
sama dengan 3600. Demikian pula ahli Babilonia dapat meramalkan terjadinya
gerhana matahari, tiap 18 tahun tambah 10 atau 11 hari. Ini terjadi kira-kira
3000 SM.
Pada tahun 2980-2950 SM telah dapat dibangun piramid
di Mesir untuk menghormati dewa agar tidak terjadi bahaya banjir di sungai Nil.
Pembangunan piramid itu menunjukkan bahwa pengetahuan teknik bangunan dan
matematika khususnya geometri dan aritmatika telah maju. Kurang lebih tahun
1.600 SM orang mesir telah menghitung keliling lingkaran sama dengan tiga kali
garis tengahnya sedang luas lingkaran sama dengan seperdua belas kuadrat
kelilingnya.
a.
Perkembangan Sains pada zaman pra yunani kuno
Berkisar antara empat juta
tahun sampai dua puluh ribu tahun SM, disebut sebagai zaman batu, karena
pada masa itu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Selanjutnya
pada abad ke XV sampai VI SM, manusia telah menemukan besi, tembaga dan perak
untuk berbagai peralatan, dimana besi merupakan bahan yang pertama kali
digunakan di Irak (Brouwer, 1982 : 6). Pada abad ke VI SM di Yunani lahirlah
filsafat, disebut The Greek Miracle yang artinya suatu
peristiwa yang ajaib. Beberapa faktor yang mendahului lahirnya filsafat di
Yunani, yaitu:
a) Mitologi bangsa Yunani
b) Kesusastraan Yunani
c) Pengaruh ilmu pengetahuan pada waktu itu
sudah sampai di Timur Kuno.
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah
peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia
dari mite-mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah
pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskari
fenomena alam. Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi
implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi
kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam
menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif ,sehingga alam
dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu
berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk
teknologi. Karena itu periode perkembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk
memasuki peradaban baru ummat manusia.
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidak langsung
secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap (evolutif). Untuk memahami
sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melalui pembagian atau
klasifikasi secara periodik; karena setiap periode menampilkan ciri khas
tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara
teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Periodesasi perkembangan ilmu
di sini dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada kontemporer.
(Drs.Surajiyo ;hal 80)
Pada dasarnya manusia di zaman
purba (batu) hanyalah menerima semua peristiwa sebagai fakta. Sekalipun
dilaksanakan pengamatan, pengumpulan data dan sebagainya, namun mereka sekadar
menerima pengumpulan saja. Fakta-fakta hanya diolah sekadarnya, hanya untuk
menemukan soal yang sama, yaitu common denominator, itu pun barangkali
tanpa sengaja, tanpa tujuan. Kalaupun ada penegasan atau keterangan, maka
keterangan itu senantiasa dihubungkan dengan dewa-dewa dan mistik. Oleh karena
itulah pengamatan perbintangan menjelma menjadi astrologi. Pengamatan yang
dilakukan oleh manusia pada zaman purba, yang menerima fakta sebagai brute
fact atau on the face value, menunjukkan bahwa manusia di
zaman purba masih berada pada tingkatan sekedar menerima, baik dalam sikap
maupun dalam pemikiran (receptive attitude dan receptive mind) (Santoso,1977:
27).
Perkembangan pengetahuan dan
kebudayaan manusia pada zaman purba dapat diruntut jauh ke belakang, bahkan
sebelum abad 15 SM, terutama pada zaman batu. Pengetahuan pada masa itu
diarahkan pada pengetahuan yang bersifat praktis, yaitu pengetahuan yang
memberi manfaat langsung kepada masyarakat. Kapan dimulainya zaman batu tidak
dapat ditentukan dengan pasti, namun para ahli berpendapat bahwa zaman batu
berlangsung selama jutaan tahun.
Zaman pra-Yunani Kuno
(purba/batu) dalam sejarah peradaban manusia merupakan zaman ketika manusia
belum mengenal peralatan seperti yang kita pakai sekarang. Sesuai dengan
namanya, zaman batu (purba/pra-Yunani Kuno), pada masa itu manusia menggunakan
batu sebagai peralatan. Hal ini tampak dari temuan- temuan seperti kapak
yang digunakan untuk memotong membelah. Selain menggunakan alat-alat yang
terbuat dari batu manusia pada zaman itu juga menggunakan tulang binatang. Alat
yang terbuat dari tulang binatang antara lain digunakan menyerupai
fungsi jarum untuk menjahit. Ditemukannya benda-benda hasil peninggalan pada
zaman batu merupakan suatu bukti bahwa manusia sebagai makhluk berbudaya mampu
berkreasi untuk mengatasi tantangan alam sekitarnya. Adapun sisa peradaban
manusia yang ditemukan pada zaman ini antara lain seperti :
1). Peralatan
dari batu,
2). Tulang
belulang hewan,
3). Sisa
beberapa tanaman,
4). Gambar-gambar
di gua,
5). Tempat-tempat
penguburan, dan
6). Tulang
belulang manusia purba.
Pada
zaman ini, manusia menggunakan batu sebagai peralatan karena ditemukan
alat-alat yang bentuknya mirip satu sama lain (misalnya kapak sebagai alat
pemotong danpembelah, tulang menyerupai jarum untuk menjahit). Hal ini
menandakan bahwa manusia sebagai makhluk berbudaya mampu berkreasi. Benda-benda
yang digunakan manusia mengalami perbaikan dan perkembangan karena manusia
melakukan dan mengalami proses trial
and error. Proses ini cukup memakan waktu yang lama dan dengan melalui
proses ini manusia melakukan seleksi pada alat-alat yang digunakan sehingga
manusia menemukan alat yang dianggap lebih baik atau lebih kuat untuk
digunakan membuat peralatan tertentu
yang nantinya akan membantu mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari. Antara abad
15 SM sampai abad 16 SM manusia sudah menemukan besi, tembaga, perak untuk
peralatan. Peralatan besi pertama kali digunakan di Irak, bukan di Eropa atau
Tiongkok pada abad 15 SM.
Evolusi ilmu pengetahuan dapat
dilihat melalui perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani, Babilonia,
Mesir, Cina, Timur Tengah (Peradaban Islam), dan Eropa. Ada keterkaitan dan pengaruh
antara perkembangan pemikiran wilayah yang satu dengan wilayah yang lain,
seperti pembuatan perunggu di Mesir pada abad 17 SM memberi pengaruh terhadap
perkembangan teknik yang diterapkan di Eropa. Namun, peradaban yang sudah
sedemikian maju itu mengalami kepunahan pada abad 20 SM, baik karena bencana
alam maupun perperangan.
Pengetahuan
yang berdasarkan know how yang dilandasi pengalaman empirik
merupakan salah satu ciri pada zaman ini. Setelah tahun 15.000 SM manusia sudah
mulai meninggalkan “tulisan” yang membicarakan sendiri peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada masa itu, sehingga zaman ini sudah dinamakan masa sejarah.
Data-data tertulis yang ada pada masa ini dapat dikelompokkan sebagi berikut:
1.
Suatu peristiwa
dituangkan dalam bentuk gambar-gambar seperti yang ditemukan di gua-gua di
daerah Perancis dan Spanyol
2.
Gambar-gambar itu
kemudian disederhanakan dan diberi bentuk seperti yang disebut pictographic
writing. Benda atau peristiwa digambarkan dalam huruf atau tanda
tertentu, sehingga bersifat konkret. Misalnya: tulisan kanji dalam bahasa
Jepang
3.
Peningkatan tingkat
yang lebih abstrak melalui suku-suku kata yang diberi tanda-tanda tertentu.
Sifat atau peristiwa yang sama disebut dengan bermacam istilah, seperti:
similarity, analogy dan lain-lain. Tanda untuk setiap suku kata ini disebut
Hieroglif. Bukti sejarah adalah Batu Rosseta (Mesir) pada tahun 1799 oleh
seorang prajurit Napoleon. Pada batu itu terdapat tiga jenis tulisan yaitu
tulisan Yunani, Demotic (rakyat), Hieroglif
4.
Tingkat yang paling
tinggi yaitu abjad, sehingga sejumlah suku yang bunyinya berbeda-beda dan
diberi tanda yang berbeda, ditemukan lagi bunyi yang sama yang kemudian diberi
tanda lagi. Dalam hal ini penandaan sudah lebih kompleks
Pada
masa ini kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one to one
correspondency atau mapping process. Contoh cara
menghitung hewan yang akan masuk dan keluar kandang dengan kerikil. Jadi serupa
halnya anak-anak yang belajar berhitung dengan menggunakan jari-jari tangan dan
kakinya. Pada masa ini manusia sudah memperhatikan keadaan alam semesta sebagai
suatu proses alam. Lama kelamaan manusia mulai memperhatikan dan menemukan
hal-hal sebagai berikut:
1.
Gugusan bintang di
langit sebagai suatu kesatuan. Kemudian gugusan ini diberikan nama dan sekarang
merupakan nama-nama zodiak
2.
Kedudukan matahari
dan bulan pada waktu terbit dan tenggelam, bergerak dalam rangka zodiak
tersebut
3.
Setelah itu dikenal
pula bintang yang bergerak di antara gugusan yang sudah dikenal tadi. Sehingga
ditemukan planet-planet
4.
Dapat menghitung
waktu bulan kembali pada bentuknya yang sama antara 28-29 hari
5.
Waktu timbul dan
tenggelamnya matahari di cakrawala yang berpindah-pindah dan memerlukan 365
hari sebelum kembali ke kedudukan semula
6.
Saat matahari
diketahui timbul tenggelam sebanyak 365 kali, bulan juga mengalami perubahan
sebanyak 12 kali. Berdasarkan hal itu di temukan perhitungan kalender
7.
Ditemukan beberapa
gejala alam, seperti gerhana yang pada masa itu masih dihubungkan dengan
mitologi-mitologi tertentu sehingga menakutkan orang banyak
Menurut Anna
Poedjiadi (1987:28-32) pada zaman purba perkembangan pengetahuan telah tampak
pada beberapa bangsa, seperti Mesir, Babylonia, Cina, India,Timur Tengah
(Peradaban Islam) dan Eropa. Ada keterkaitan saling
pengaruh antara perkembangan pemikiran di satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Pembuatan alat-alat perunggu di Mesir abad ke-17 SM memberi pengaruh terhadap
perkembangan yang diterapkan di Eropa. Bangsa Cina abad ke-15 SM juga telah
mengembangkan teknik peralatan perunggu di zaman Dinasti Shang, sedangkan
peralatan besi sebagai perangkat perang sudah dikenal pada abad ke-5 SM pada zaman Dinasti
Chin. India memberikan surnbangsih yang besar dalam perkembangan matematik dengan
penemuan sistem bilangan desimal. Budhisme yang diadopsi oleh raja Asoka,
kaisar ketiga Di Mautya, telah menyumbangkan sistem bilangan yang menjadi titik
tolak perkembangan sistem bilangan pada zaman modern. India bahkan sudah
menemukan roda pemutar untuk pembuat tembikar pada abad ke-30 SM.
Benda-benda tersebut terus
mengalami perbaikan dan kemajuan akibat proses trial and error dan
uji coba yang dilakukan manusia yang memakan waktu lama. Melalui proses ini
juga manusia menemukan bahan atau materi yang dianggap baik atau kuat untuk
membuat peralatan-peralatan tertentu. Antara abad XV sampai VI SM manusia telah
menemukan besi, tembaga dan perak untuk membuat peralatan-peralatan. Zaman
pra-Yunani Kuno, secara umum terbagi menjadi tiga fase, yakni :
1. Zaman batu tua yang berlangsung 4
juta tahun SM sampai 20.000/10.000 tahun SM. Pada zaman ini telah
mempunyai beberapa ciri khas, di antaranya adalah menggunakan alat-alat
sederhana yang dibuat dari batu dan tulang, mengenal cocok tanam
dan beternak, dan dalam kehidupan sehari-hari didasari dengan pengamatan primitif
menggunakan sistem “trial and error” (mencoba-coba dan salah) kemudian
bisa berkembang.
2. Zaman batu muda yang berlangsung
tahun 10.000 SM sampai 2000 SM atau abad 100 sampai 20 SM. Kemampuan itu
berupa kemampuan menulis (dinyatakan dengan gambar dan simbol atau
lambang-lambang), kemampuan membaca (bermula dari bunyi atau suku kata
tertentu), dan kemampuan berhitung. Dalam zaman ini juga berkembang masalah
perbintangan, matematika, perdagangan, dan hukum.
3. Zaman logam. Zaman ini berlangsung
dari abad 20 SM sampai abad 6 SM. Pada zaman ini pemakaian logam sebagai
peralatan sehari-hari, bahkan sebagai perhiasan, peralatan masak, atau bahkan
peralatan perang.
Salah
satu ciri pada zaman ini adalah warisan pengetahuan berdasarkan know
howyang dilandasi pengalaman empiris. Data-data tertulis yang ada pada masa
ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.
Suatu peristiwa yang dilukiskan dalam bentuk gambar-gambar.
b.
Gambar-gambar itu kemudian disederhanakan dan diberi bentuk tertentu yang
diseb ut pictographic writing.
c.
Peningkatan ke tingkat yang lebih abstrak melalui suku-suku kata yang
diberi tanda-tanda tertentu.
d.
Tingkat yang paling tinggi adalah abjad.
Pada masa ini kemampuan
berhitung ditempuh dengan cara one to one corespodensyatau map process,
hal ini menyerupai anak-anak yang belajar berhitung dengan jari-jarinya. Selain
itu manusia sudah mulai memperhatikan keadaan alam sebagai suatu proses alam
sehingga lama-kelamaan mereka memperhatikan dan menemukan hal-hal berikut :
1.
Gugus bintang di langit sebagai satu kesatuan sekarang dikenal dengan nama
zodiak.
2.
Kedudukan matahari dan bulan pada waktu terbit dan tenggelam bergerak
dalam rangka zodiak tersebut.
3.
Dikenal bintang-bintang yang bergerak diantara gugusan tadi, ditemukan
planet-planet.
4.
Waktu bulan kembali pada bentuknya yang sama antara 28-29 hari.
5.
Timbul dan tenggelam matahari di cakrawala yang berpindah-pindah dan
diperlukan ± 365 hari sebelum kembali ke kedudukan semula.
6.
Ketika matahari timbul dan tenggelam sebanyak
365 kali, bulan mengalami perubahan sebanyak 12 kali.
7.
Ditemukan beberapa gejala alam, seperti gerhana.
Zaman pra-Yunani Kuno ini ini
ditandai oleh lima kemampuan sebagai berikut :
1.
Know how dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman
(empirical knowledge).
2.
Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima senagai fakta dengan
sikap receptive mind.
3.
Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakan
perkembangan pemikiran pemikiran manusia ke tingkat abstraksi.
4.
Kemampuan menulis, berhitung dan menyusun kalender yang didasarkan atas
sintesa terjadap hasil abstraksi yang dilakukan.
5. Kemampuan meramalkan suatu
peristiwa berdasarkan peristiwa-peristiwa sebelumnya
Daftar pustaka
Dimas,kincir. 2014. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman
pra yunani kuno.
physicszoneexperiment. 2013Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dari Zaman Pra
Yunani Kuno Samapai Zaman Kontenporer
Sainsmafia.2013. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Zaman Pra Yunani Kuno, Yunani Kuno, Paternalistik
dan Abad Pertengahan. https://sadhumafia.wordpress.com/2013/06/10/perkembangan-ilmu-pengetahuan-pada-zaman-pra-yunani-kuno-yunani-kuno-paternalistik-dan-abad-pertengahan/