Minggu, 05 Februari 2017

SAINS PADA ZAMAN PRA YUNANI KUNO

SAINS PADA  ZAMAN PRA YUNANI KUNO



A.      SAINS

1.     Haikat Sains
Apa itu Ilmu Pengetahuan? Dengan mengatakan Ilmu Pengetahuan adalah kajian mengenai dunia alam eksternal. Definisi lain ialah bahwa Ilmu Pengetahuan merupakan kajian tentang penilaian-penilaian yang dapat dapat melahirkan kesepakatan-kesepakatan universal. Bahwa ada hal-hal yang disepakati secara universal yang menyebabkan lahirnya kepercayaan kita akan dunia eksternal, kiranya sudah merupakan suatu kenyataan. Demikian pula ada penilaian-penilaian yang disepakati secara universal dan dianut demi memberi infromasi mengenai dunia tersebut.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang pengungkapan manusia dan gejala alam, meliputi asal mula alam semesta dengan segala isinya termasuk proses, mekanisme, sifat benda maupun peristiwa yang terjadi. Ilmu ini terus berkembang sejalan dengan sifat manusia yang selalu ingin tahu, terutama tentang benda yang ada sekelilingnya. Karena kemampuan berpikir pada manusia yang menyebabkan terus berkembangnya rasa ingin tahu tentang segala yang ada di alam semesta. Pengetahuan yang diperoleh dari alam semesta ini merupakan dasar dari perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam.

Kata sains berasal dari bahasa Latin “scientia” yang bermakna pengetahuan.
Menurut New Collegiate Dictionary Webster, sains  adalah “pengetahuan yang diperoleh melalui studi atau praktek,” atau “pengetahuan yang meliputi kebenaran umum pengoperasian hukum umum, diperoleh dan diuji melalui metode ilmiah [dan] perduli pada bentuk fisik dunia. Dalam bahasa Arab, kata science diterjemahkan sebagai “ilmu.” Kata ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alimaya’lamu,’ ilman dengan wazan fai’ila, yaf’alu, fa’lan, yang berarti mengerti, memahami benar-benar.
Carin (1993) mendefinisikan Sains sebagai “Suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.” Sedangkan menurut Nokes (Nur, 2000) di dalam bukunya yang berjudul Science in Education menyatakan bahwa “Sains merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus.” Memang benar bahwa sains merupakan suatu ilmu teoritis, namun teori tersebut didasarkan atas pengamatan, percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam. Bagaimanapun suatu teori dirumuskan, tidaklah dapat dipertahankan jika tidak sesuai dengan hasil-hasil pengamatan atau observasi. Fakta-fakta tentang gejala alam diselidiki dan diuji berulang-berulang melalui percobaan-percobaan (eksperimen), kemudian berdasarkan hasil eksperimen itulah dirumuskan keterangan ilmiahnya (teorinya). Di samping suatu teori dapat berfungsi untuk menjelaskan gejala-gejala yang terjadi di alam ini, teori juga berfungsi untuk membuat ramalan-ramalan yang terjadi.
Sund (1975) mendefinisikan sains sebagai berikut:
a.        Sikap ilmiah: kepercayaan atau keyakinan, nilai-nilai, gagasan atau pendapat, obyekif, dan sebagainya. Misalnya: membuat suatu keputusan setelah memperoleh cukup data, yang berkaitan dengan permasalahan serta selalu berusaha obyektif dan jujur selama mengumpulkan data.
b.        Metode ilmiah: cara-cara khusus dalam menyelidiki atau memecahkan suatu permasalahan. Misalnya membuat hipotesis, merancang dan melaksanakan eksperimen, mengumpulkan dan menyusun data, mengevaluasi data, mengukur, dan sebagainya.
c.       Produk ilmiah: fakta, prinsip, teori, hukum, dan sebagainya. Misalnya: logam bila dipanasi akan memuai

Berdasasarkan beberapa definisi tentang Sains di atas sebenarnya dapat kita amati adanya kesepakatan dari tiap –tiap definisi, yaitu bahwa pada dasarnya sains merupakan produk dan proses yang tak terpisahkan. Produk dapat berupa pengetahuan atau mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Dengan demikian sebagai proses pada dasarnya merupakan langkah-langkah yang biasa ditempuh oleh  para ilmuwan (sainstis) untuk melakukan penyelidikan dalam rangka memburu penjelasan tentang gejala-gejala alam.

Berbagai cara dilakukan manusia untuk memperoleh pengetahuan, baik melalui pendekatan non ilmiah dan pendekatan ilmiah. Cara untuk memperoleh ilmu secara demikian ini dikenal dengan nama metode ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya merupakan suatu cara yang logis untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Dengan demikian, pada hakekatnya sains terdiri atas tiga komponen, yaitu:
1.       Sikap Ilmiah
Sains mempelajari gejala-gejala alam melalui observasi eksperimentasi dan analisis yang rasional. Sainstis menggunakan sikap-sikap tertentu (scientific attitudes). Sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang Saints, antara lain hasrat ingin tahu, kerendahan hati, jujur, obyektif, kemauan untuk mempertimbangkan data baru, pendekatan positif terhadap kegagalan, determinasi, sikap keterbukaan, ketelitian dan sebagainya.
2.       Proses ilmiah
Proses ilmiah adalah langkah-langkah yang harus ditempuh oleh para ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan atau mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Beberapa proses ilmiah tersebut antara lain melakukan pengamatan dan percobaan.
3.       Produk ilmiah
Produk dan sasaran sains adalah konsep, prinsip, dan teori ilmiah. Dasar untuk pembentukan produk sains berasal dari data hasil observasi dan yang dapat ditiru.
a).  Konsep adalah suatu ide atau gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman-pengalaman tertentu dan relevan. Misalnya, konsep tentang magnet, listrik, sel, cahaya, dan sebagainya.
b).  Prinsip adalah generalisasi yang meliputi kaitan antar konsep-konsep. Misalnya, logam bila dipanasi akan memuai.
c). Teori adalah suatu generalisasi prinsip-prinsip ilmiah yang berkaitan, dan yang menjelasakan gejala-gejala ilmiah. Misalnya, bila orang tidak mempunyai teori tentang gravitasi, ia tidak akan dapat pergi ke bulan. Hal ini demikian, karena tidak akan mungkin untuk menentukan berapa banyak bahan bakar yang harus diperlukan untuk mengimbangi perubahan-perubahan gravitasi antara bumi dan bulan pada waktu roket meneruskan perjalanannya.

2.     Pengertian Sains

Pada dasarnya, dapatlah dikatakan bahwa sains adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu melakukan pengamatan, percobaan, penyimpulan, penyusunan teori percobaan, dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan yang lain. Jadi sains tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang harus dihafal, namun Sains juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat diterangkan.
Sains adalah suatu alat, suatu cara khusus untuk menginvestigasi suatu pertanyaan. Pembuktian ilmiah selalu diawali dengan pertanyaan, kemudian diikuti dengan pengumpulan informasi sebanyak mungkin untuk membangun sebuah hipotesis, atau setidaknya dugaan atau prediksi yang memiliki dasar informasi ilmiah. Langkah berikutnya adalah melakukan ekperimen untuk menguji hipotesis tersebut. Semua yang dilakukan dan diperoleh, menyenangkan atau tidak menyenangkan, tentu harus terdokumentasi dengan baik, kemudian dilaporkan sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh orang lain. Pada ahirnya, sang ilmuwan harus membuat kesimpulan berdasarkan fakta yang diperoleh, apakah hipotesisnya diterima atau ditolak. Ilmuwan juga harus terbuka untuk berbagi dengan ilmuwan lain tentang eksperimen dan temuannya. Para lmuwan dapat saling belajar dan sering memanfaatkan temuan ilmuwan lain untuk memandu pertanyaan penelitian selanjutnya


Pengetahuan yang dikumpulkan pada zaman kuno berasal dari kemampuan mengamati dan membeda-bedakan, serta dari hasil percobaan yang sifatnya spekulatif atau trial and error. Semua pengetahuan yang diperoleh diterima sebagaimana adanya, belum ada usaha untuk mencari asal-usul dan sebab akibat dari segala sesuatu. Pada saat manusia mulai memiliki kemampuan menulis membaca dan berhitung maka pengetahuan yang terkumpul dicatat secara tertib dan berlangsung terus menerus. Misalnya dari pengamatan dan pencatatan peredaran matahari, ahli astronomi Babilonia menetapkan pembagian waktu, tahun dibagi dalam 12 bulan, minggu dibagi dalam 7 hari dan hari dalam 24 jam. Selanjutnya jam dibagi dalam 60 menit dan menit dalam 60 detik. Kemudian satuan enam puluh ini juga digunakan untuk pengukuran sudut, 60 detik sama dengan 1 menit, 60 menit sama dengan 1 derajad dan satu lingkaran penuh sama dengan 3600. Demikian pula ahli Babilonia dapat meramalkan terjadinya gerhana matahari, tiap 18 tahun tambah 10 atau 11 hari. Ini terjadi kira-kira 3000 SM. 

Pada tahun 2980-2950 SM telah dapat dibangun piramid di Mesir untuk menghormati dewa agar tidak terjadi bahaya banjir di sungai Nil. Pembangunan piramid itu menunjukkan bahwa pengetahuan teknik bangunan dan matematika khususnya geometri dan aritmatika telah maju. Kurang lebih tahun 1.600 SM orang mesir telah menghitung keliling lingkaran sama dengan tiga kali garis tengahnya sedang luas lingkaran sama dengan seperdua belas kuadrat kelilingnya.

a.       Perkembangan Sains pada zaman pra yunani kuno

Berkisar antara empat juta tahun sampai dua puluh ribu tahun SM, disebut sebagai zaman batu, karena pada masa itu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Selanjutnya pada abad ke XV sampai VI SM, manusia telah menemukan besi, tembaga dan perak untuk berbagai peralatan, dimana besi merupakan bahan yang pertama kali digunakan di Irak (Brouwer, 1982 : 6). Pada abad ke VI SM di Yunani lahirlah filsafat, disebut The Greek Miracle yang artinya suatu peristiwa yang ajaib. Beberapa faktor yang mendahului lahirnya filsafat di Yunani, yaitu:
    a)      Mitologi bangsa Yunani
    b)      Kesusastraan Yunani
    c)      Pengaruh ilmu pengetahuan pada waktu itu sudah sampai di Timur Kuno.

Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskari fenomena alam. Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif ,sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu periode perkembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru ummat manusia.

Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidak langsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap (evolutif). Untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melalui pembagian atau klasifikasi secara periodik; karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Periodesasi perkembangan ilmu di sini dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada kontemporer. (Drs.Surajiyo ;hal 80)
Pada dasarnya manusia di zaman purba (batu) hanyalah menerima semua peristiwa sebagai fakta. Sekalipun dilaksanakan pengamatan, pengumpulan data dan sebagainya, namun mereka sekadar menerima pengumpulan saja. Fakta-fakta hanya diolah sekadarnya, hanya untuk menemukan soal yang sama, yaitu common denominator, itu pun barangkali tanpa sengaja, tanpa tujuan. Kalaupun ada penegasan atau keterangan, maka keterangan itu senantiasa dihubungkan dengan dewa-dewa dan mistik. Oleh karena itulah pengamatan perbintangan menjelma menjadi astrologi. Pengamatan yang dilakukan oleh manusia pada zaman purba, yang menerima fakta sebagai brute fact atau on the face value, menunjukkan bahwa manusia di zaman purba masih berada pada tingkatan sekedar menerima, baik dalam sikap maupun dalam pemikiran (receptive attitude dan receptive mind) (Santoso,1977: 27).

Perkembangan pengetahuan dan kebudayaan manusia pada zaman purba dapat diruntut jauh ke belakang, bahkan sebelum abad 15 SM, terutama pada zaman batu. Pengetahuan pada masa itu diarahkan pada pengetahuan yang bersifat praktis, yaitu pengetahuan yang memberi manfaat langsung kepada masyarakat. Kapan dimulainya zaman batu tidak dapat ditentukan dengan pasti, namun para ahli berpendapat bahwa zaman batu berlangsung selama jutaan tahun.

Zaman pra-Yunani Kuno (purba/batu) dalam sejarah peradaban manusia merupakan zaman ketika manusia belum mengenal peralatan seperti yang kita pakai sekarang. Sesuai dengan namanya, zaman batu (purba/pra-Yunani Kuno), pada masa itu manusia menggunakan batu sebagai peralatan. Hal ini tampak dari temuan- temuan seperti kapak yang digunakan untuk memotong membelah. Selain menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu manusia pada zaman itu juga menggunakan tulang binatang. Alat yang terbuat dari tulang binatang antara lain digunakan  menyerupai fungsi jarum untuk menjahit. Ditemukannya benda-benda hasil peninggalan pada zaman batu merupakan suatu bukti bahwa manusia sebagai makhluk berbudaya mampu berkreasi untuk mengatasi tantangan alam sekitarnya. Adapun sisa peradaban manusia yang ditemukan pada zaman ini antara lain seperti :

       1).      Peralatan dari batu,
       2).      Tulang belulang hewan,
       3).      Sisa beberapa tanaman,
       4).      Gambar-gambar di gua,
       5).      Tempat-tempat penguburan, dan
       6).      Tulang belulang manusia purba.

      Pada zaman ini, manusia menggunakan batu sebagai peralatan karena ditemukan alat-alat yang bentuknya mirip satu sama lain (misalnya kapak sebagai alat pemotong danpembelah, tulang menyerupai jarum untuk menjahit). Hal ini menandakan bahwa manusia sebagai makhluk berbudaya mampu berkreasi. Benda-benda yang digunakan manusia mengalami perbaikan dan perkembangan karena manusia melakukan dan  mengalami proses trial and error. Proses ini cukup memakan waktu yang lama dan dengan melalui proses ini manusia melakukan seleksi pada alat-alat yang digunakan sehingga manusia menemukan alat yang dianggap lebih baik atau lebih kuat untuk digunakan  membuat peralatan tertentu yang nantinya akan membantu mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari. Antara abad 15 SM sampai abad 16 SM manusia sudah menemukan besi, tembaga, perak untuk peralatan. Peralatan besi pertama kali digunakan di Irak, bukan di Eropa atau Tiongkok pada abad 15 SM.

Evolusi ilmu pengetahuan dapat dilihat melalui perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani, Babilonia, Mesir, Cina, Timur Tengah (Peradaban Islam), dan Eropa. Ada keterkaitan dan pengaruh antara perkembangan pemikiran wilayah yang satu dengan wilayah yang lain, seperti pembuatan perunggu di Mesir pada abad 17 SM memberi pengaruh terhadap perkembangan teknik yang diterapkan di Eropa. Namun, peradaban yang sudah sedemikian maju itu mengalami kepunahan pada abad 20 SM, baik karena bencana alam maupun perperangan.

Pengetahuan yang berdasarkan know how yang dilandasi pengalaman empirik merupakan salah satu ciri pada zaman ini. Setelah tahun 15.000 SM manusia sudah mulai meninggalkan “tulisan” yang membicarakan sendiri peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu, sehingga zaman ini sudah dinamakan masa sejarah. Data-data tertulis yang ada pada masa ini dapat dikelompokkan sebagi berikut:

1.              Suatu peristiwa dituangkan dalam bentuk gambar-gambar seperti yang ditemukan di gua-gua di daerah Perancis dan Spanyol
2.              Gambar-gambar itu kemudian disederhanakan dan diberi bentuk seperti yang disebut pictographic writing. Benda atau peristiwa digambarkan dalam huruf atau tanda tertentu, sehingga bersifat konkret. Misalnya: tulisan kanji dalam bahasa Jepang
3.              Peningkatan tingkat yang lebih abstrak melalui suku-suku kata yang diberi tanda-tanda tertentu. Sifat atau peristiwa yang sama disebut dengan bermacam istilah, seperti: similarity, analogy dan lain-lain. Tanda untuk setiap suku kata ini disebut Hieroglif. Bukti sejarah adalah Batu Rosseta (Mesir) pada tahun 1799 oleh seorang prajurit Napoleon. Pada batu itu terdapat tiga jenis tulisan yaitu tulisan Yunani, Demotic (rakyat), Hieroglif
4.              Tingkat yang paling tinggi yaitu abjad, sehingga sejumlah suku yang bunyinya berbeda-beda dan diberi tanda yang berbeda, ditemukan lagi bunyi yang sama yang kemudian diberi tanda lagi. Dalam hal ini penandaan sudah lebih kompleks

Pada masa ini kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one to one correspondency atau mapping process.  Contoh cara menghitung hewan yang akan masuk dan keluar kandang dengan kerikil. Jadi serupa halnya anak-anak yang belajar berhitung dengan menggunakan jari-jari tangan dan kakinya. Pada masa ini manusia sudah memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam. Lama kelamaan manusia mulai memperhatikan dan menemukan hal-hal sebagai berikut:

1.      Gugusan bintang di langit sebagai suatu kesatuan. Kemudian gugusan ini diberikan nama dan sekarang merupakan nama-nama zodiak
2.      Kedudukan matahari dan bulan pada waktu terbit dan tenggelam, bergerak dalam rangka zodiak tersebut
3.      Setelah itu dikenal pula bintang yang bergerak di antara gugusan yang sudah dikenal tadi. Sehingga ditemukan planet-planet
4.      Dapat menghitung waktu bulan kembali pada bentuknya yang sama antara 28-29 hari
5.      Waktu timbul dan tenggelamnya matahari di cakrawala yang berpindah-pindah dan memerlukan 365 hari sebelum kembali ke kedudukan semula
6.      Saat matahari diketahui timbul tenggelam sebanyak 365 kali, bulan juga mengalami perubahan sebanyak 12 kali. Berdasarkan hal itu di temukan perhitungan kalender
7.      Ditemukan beberapa gejala alam, seperti gerhana yang pada masa itu masih dihubungkan dengan mitologi-mitologi tertentu sehingga menakutkan orang banyak


Menurut Anna Poedjiadi (1987:28-32) pada zaman purba perkembangan pengetahuan telah tampak pada beberapa bangsa, seperti Mesir, Babylonia, Cina, India,Timur Tengah (Peradaban Islam) dan Eropa. Ada keterkaitan saling pengaruh antara perkembangan pemikiran di satu wilayah dengan wilayah lainnya. Pembuatan alat-alat perunggu di Mesir abad ke-17 SM memberi pengaruh terhadap perkembangan yang diterapkan di Eropa. Bangsa Cina abad ke-15 SM juga telah mengembangkan teknik peralatan perunggu di zaman Dinasti Shang, sedangkan peralatan besi sebagai perangkat perang sudah dikenal pada abad ke-5 SM pada zaman Dinasti Chin. India memberikan surnbangsih yang besar dalam perkembangan matematik dengan penemuan sistem bilangan desimal. Budhisme yang diadopsi oleh raja Asoka, kaisar ketiga Di Mautya, telah menyumbangkan sistem bilangan yang menjadi titik tolak perkembangan sistem bilangan pada zaman modern. India bahkan sudah menemukan roda pemutar untuk pembuat tembikar pada abad ke-30 SM.

Benda-benda tersebut terus mengalami perbaikan dan kemajuan akibat proses trial and error dan uji coba yang dilakukan manusia yang memakan waktu lama. Melalui proses ini juga manusia menemukan bahan atau materi yang dianggap baik atau kuat untuk membuat peralatan-peralatan tertentu. Antara abad XV sampai VI SM manusia telah menemukan besi, tembaga dan perak untuk membuat peralatan-peralatan. Zaman pra-Yunani Kuno, secara umum terbagi menjadi tiga fase, yakni :

1.      Zaman batu tua yang berlangsung 4 juta tahun SM sampai 20.000/10.000 tahun SM. Pada zaman ini telah mempunyai beberapa ciri khas, di antaranya adalah menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu    dan tulang, mengenal cocok tanam dan beternak, dan dalam kehidupan sehari-hari didasari dengan pengamatan primitif menggunakan sistem “trial and error” (mencoba-coba dan salah) kemudian bisa berkembang.
2.      Zaman batu muda yang berlangsung tahun 10.000 SM sampai 2000 SM atau abad 100 sampai 20 SM. Kemampuan itu berupa kemampuan menulis (dinyatakan dengan gambar dan simbol atau lambang-lambang), kemampuan membaca (bermula dari bunyi atau suku kata tertentu), dan kemampuan berhitung. Dalam zaman ini juga berkembang masalah perbintangan, matematika, perdagangan, dan hukum.
3.      Zaman logam. Zaman ini berlangsung dari abad 20 SM  sampai abad 6 SM. Pada zaman ini pemakaian logam sebagai peralatan sehari-hari, bahkan sebagai perhiasan, peralatan masak, atau bahkan peralatan perang.

            Salah satu ciri pada zaman ini adalah warisan pengetahuan berdasarkan know howyang dilandasi pengalaman empiris. Data-data tertulis yang ada pada masa ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a.       Suatu peristiwa yang dilukiskan dalam bentuk gambar-gambar.
b.       Gambar-gambar itu kemudian disederhanakan dan diberi bentuk tertentu yang diseb ut     pictographic writing.
c.       Peningkatan ke tingkat yang lebih abstrak melalui suku-suku kata yang diberi tanda-tanda tertentu.
d.      Tingkat yang paling tinggi adalah abjad.

Pada masa ini kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one to one corespodensyatau map process, hal ini menyerupai anak-anak yang belajar berhitung dengan jari-jarinya. Selain itu manusia sudah mulai memperhatikan keadaan alam sebagai suatu proses alam sehingga lama-kelamaan mereka memperhatikan dan menemukan hal-hal berikut :
1.      Gugus bintang di langit sebagai satu kesatuan sekarang dikenal dengan nama zodiak.
2.       Kedudukan matahari dan bulan pada waktu terbit dan tenggelam bergerak dalam rangka zodiak tersebut.
3.      Dikenal bintang-bintang yang bergerak diantara gugusan tadi, ditemukan planet-planet.
4.      Waktu bulan kembali pada bentuknya yang sama antara 28-29 hari.
5.      Timbul dan tenggelam matahari di cakrawala yang berpindah-pindah dan diperlukan ± 365 hari sebelum kembali ke kedudukan semula.
6.            Ketika matahari timbul dan tenggelam sebanyak 365 kali, bulan mengalami perubahan sebanyak 12 kali.
7.      Ditemukan beberapa gejala alam, seperti gerhana.

Zaman pra-Yunani Kuno ini ini ditandai oleh lima kemampuan sebagai berikut :
1.      Know how dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman (empirical knowledge).
2.      Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima senagai fakta dengan sikap receptive mind.
3.      Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakan perkembangan pemikiran pemikiran manusia ke tingkat abstraksi.
4.      Kemampuan menulis, berhitung dan menyusun kalender yang didasarkan atas sintesa terjadap hasil abstraksi yang dilakukan.
      5.  Kemampuan meramalkan suatu peristiwa berdasarkan peristiwa-peristiwa sebelumnya


Daftar pustaka
Dimas,kincir. 2014. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman pra yunani kuno.

physicszoneexperiment. 2013Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dari Zaman Pra Yunani Kuno Samapai Zaman Kontenporer

Sainsmafia.2013. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Zaman Pra Yunani Kuno, Yunani Kuno, Paternalistik dan Abad Pertengahan. https://sadhumafia.wordpress.com/2013/06/10/perkembangan-ilmu-pengetahuan-pada-zaman-pra-yunani-kuno-yunani-kuno-paternalistik-dan-abad-pertengahan/









Tidak ada komentar:

Posting Komentar